I Love You Son!

I will always Love You  (i love you son)

Genre : Sad , Family , Angrst

Author : Number One #1 and Dream

-Kisah ini menunjukkan Cinta seorang ayah yang sangat menyayangi anaknya, walau dalam keadaan apa pun, Jadi Kalian semua ..Jangan melupakan sesosok ayah dari ingatan kalian, Karena mereka juga sangat menyayangi kita ..dan ingin anak mereka Bahagia-

 

Melihatnya tergolek lemah tak berdaya, membuat hatiku hancur seketika. Seharusnya saat ini dia sedang bermain bersama teman-temannya. membaca buku dan belajar. Tapi, dia justu berbaring dengan selang-selang yang mengelilinginya. Apa salah anak itu? Sejak kecil, ibunya telah pergi meninggalkannya. Kini tubuh kecilnya mulai layu ditelan penyakit yang tak mungkin sembuh, ayah macam apa aku ini? hanya bisa bergeming tanpa daya melihatnya menderita seperti itu.

 

***********************************************************************************

 

Tuhan! Beginilah, aku tak mengenal-Mu , aku juga tak tahu bagaimana harus mengatakannya kepada-Mu. Tapi anak laki-lakiku mengenal-Mu. Anakku pasti mengucapkan doa syukur saat berada di depan meja makan. Sebelum tidur, dia selalu tidak pernah lupa berdoa, Anakku sangat khawatir karena aku tidak mempercai-Mu. Begitulah. kau-lah yang menguasai pikiran anakku. aku tak tau bagaimana itu bisa terjadi. Keinginan anakku…. Tapi, kau begitu kejam. Kau adalah wasit yang tidak adil. Satu-satunya yang tersisa untukku adalah anakku.

Tapi harapan terakhir itu kau juga akan kau ambil juga? Apakah aku terlalu banyak meminta?apakah keinginanku adalah sebuah ketamakan?? … Apa kau mengerti, Hingga saat ini, anakku hanya hidup dengan penderitaan melawan penyakit?Anak itu tetap tersenyum dalam air mata, lebih banyak menelan kesedihan dari pada kebahagiaan. Bahkan hak untuk bisa menikmati hari besama anak-anak kain tak dituntutnya.

Ibunya telah membuang anak itu, dan ayahnya tak bisa berbuat apa-apa. Lalu, kau juga memalingkan muka dari kehidupannya. Semua untuk anak yang berharap dan parcayaan kepadamu. Aku tak mengerti bagaimana kau memperlakukan anak-anak. tidak adil, Dia telah salah mengira….Sekarang aku berharap kebenaan dari kepercayaan anakku. kau memang benar-benar mutlak dan nyata.

Aku ingin percaya,dengan kekuatan mutlak-Mu.Kau bisa menyelamatkan anakku. Mohon selamatkan anakku . Aku bahkan tak Mengenal-Mu, bahkan sampai kapan pun akan tetap sama, Namun aku memohon atas kepercayaan anakku san harapan seorang ayah. Mohon selamatkan anakku…..Jika kau menganggapku orang yang tak mempercayai-Mu tak berharga, maka ambillah nyawaku. Sebagai pengganti nyawa anakku, didunia ini aku tak punya tampat menaruh harapan. Namun, anakku berbeda Dia mempunyai banyak sekali mimpi. Dia juga mencintai dunia. Dia memiliki kecerdasan luar biasa dan jiwa yang murni. Mohon ganti saja dengan nyawaku. Lalu, selamatkan anakku. ku mohon, ku mohon…….

 

 

*********************************************************************************

 

Aku ingin jadi yang baik ayah yang baik. Aku tak mau menjadi ayah yang menuruh racun tikus di genggaman tangan ku sewaktu kecil dulu. Tapi pada akhirnya aku memang orang yang tak punya kriteria untuk menjadi seoang ayah. Ayah yang tak bisa melihat selain haapan kosong saat anaknya hampir mati, Hal yang lumrah untuk dikritik.

 

*********************************************************************************

CINTAI DUNIA SEMOGA KAU MENJADI USHIO YANG KEMBALI MENDAPAT CINTA DARI DUNIA

-AYAH-

 

*********************************************************************************

Dan akhirnya anak itu telah sembuh dari penyakit mematikannya… sampai suatu hari sang Ayah jatuh sakit terkena Kanker Hati yang telah menyebar, tetapi sang anak tak mengetahuinya.

**********************************************************************************

Tampak tiga bayangan keluar dari ruang perawatan khusus anak. Dua bayangan berhenti, sementara satu bayangan terus berjalan. Ah, anaknya. Anak itu berjalan mendekat kearah sang ayah dengan langka terburu-buru. anak yang begitu merindukan sang ayah, tatapi… Tomoya(ayah) tetap tidak berdiri.

Nama anaknya yang setiap malam terus di panggilnya di dalam mimpi. Dia hanya bisa menghela nafas, lalu menangis setiap kali mengingat dua tangannya tebuka lebar untuk memeluknya. Namun, Tomoya tak memanggil dan tak juga mengulurkan tangan, Rupanya kau, anak laki-lakiku….hanya mengatakan itu dengan suara lirih.

Chichi!! (Ayah!!)” suara anaknya yang begitu ingin dia dengar. Betapa dia begitu mengharap untuk memanggil “Ayah” sekali saja. Anak itu sekarang berlari mendekatinya. Anak yang sudah sewajarnya segera dipeluk lalu di cium pipinya, tetapi Tomoya sebelumnya telah memutuskan untuk berkata dengan ekspresi dingin.

“Berdiri disitu” Anaknya berhenti.

“…Chichi… Boku wa chichioya o setsuboo suru (… ayah, aku rindu ayah)”

“ayah baik-baik saja”

“… Ayah tidak terlihat jelas karena cahaya lampu. bolehkan aku duduk disebelah ayah?”

IIe (Tidak), bediri disitu saja” Anaknya yang sudah maju selangkah pelan-pelan kembali memundurkan langkahnya.

“…aku… malam ini mau pergi ke prancis”

“sudah tau”

“Aku akan naik pesawat. Ayah tahu sandiri, kan , aku takut ketinggian, naik prosotan saja tidak berani” Anaknya tidak memprotes dengan berkata, Aku tidak mau pergi, apakah tidak bisa kalau tak usah pergi, apa aku harus pergi. Justru dengan menggigiti bibir bawahnya sambil memandangi ayahnya, Dia memprotes semuanya.

“..aku meminta hal yg tidak masuk akal untuk dipetemukan ayah”

“Ibu pasti sanagt sedih. setalah pergi ke prancis, jangan seperti itu lagi. Lakukan perintah ibu, seperti yang Ushio ketahui, buatlah Ibu bahagia”

“… Setelah sampai Prancis, bolehkah aku menelepon ke ponsel ayah?”

Iie (Tidak)”

“kalau surat? boleh aku menulis surat?”

“Tidak, itu tidak perlu” Dari mata anaknya, air mata jatuh bercucuran. Untuk menyembunyikan air matanya, anak itu menundukkan kepalanya dan memandangi telapak kakinya. Tapi, hanya sesaat.

“Berarti , Ayah akan datang menengokku?”

“Jangan menunggu”

“Berarti kalau mau bertemu ayah, harus menunggu empat tahun lagi?” Tomoya menenangkan anaknya dengan mengarakan bahwa karena dia tinggal dengan bersamanya selama 4 tahun , maka dia juga haus tinggal bersama ibunya selama itu supaya adil. Rupanya hal itu sedikit melegakan anaknya.

“Sebelum berusia dua puluh tahun jangan penah bepikir untuk kembali ke negeri ini”

“Tapi ayah masih sepuluh tahun lagi agar aku berumu dua puluh tahun”

“sepuluh tahun bukan bukan waktu yang lama… Jangan sakit lagi. kalau sakit, seumur hidup akan sakit terus maka dari itu, Jangan pernah sakit”

“….”

“masih ada yang akan kau katakan?” Anak itu mengangguk. Namun, air matanya terus-menerus mengucur hingga kelengan sehingga dia tidak bisa untuk membuka mulutnya.

“kau akan ketinggalan pesawat. Kalau bukan omongan penting, cukup sampai disini saja. Cepat pergi ketempat ibu” Anak itu mengeluarkan jepit bunga dari dalam sakunya. Jepit bunga yang akan dihadiahkannya kepada Fuko (temannya).

“aku ingin betemu langsung dengan Nagisa Obasan (Bibi Nagisa) untuk memberikan ini. Tolong ayah saja yang berikan. Jepit ini sangat cocok untuk Nagisa Obasan. Obasan juga akan menyukainya” kemudian dari saku lainnya. anak itu mengeluarkan sebuah pahatan.

“aku sudah memahat wajahku untuk di taruh di saku ayah. Kupikir ayah akan merindukanku. Bukan sekarang, mungkin besok-besok. Ayah akan meindukanku…. aku punya pahatan ayah, jadi masih bisa semangat tapi ayah tidak punya pahatanku” Anak itu melangkahkan kakinya kedepan tetapi Ho Yeon cepat-cepat berkata.

“Kau lihat tas belanja yang ada di kusi panjang itu? taruh saja di sebelahnya. Lalu bawalah tas belanja itu . Berikan catatannya kepada ibu, Lalu kau ambil bukunya” Anak itu berkata setelah meletakkan jepit bunga dan pahatan serta mengambil tas belanja.

“ayah aku punya pemintaan… telinga ayah. aku ingin sekali memegangnya. Bolehkah aku memegangnya untuk sekali saja?” Tomoya menggeleng

“…sudah cukup , pergilah”

Chici o ya! (…Ayah!)”

“Ibu menunggu Pergilah!” Setelah memasukkan tangannya ke sakunya dan menundukkan kepala, anak itu memukul-mukul lantai menggunakan tumitnya.

Hayaku! (Cepat!)” Tomoya berteriak dengan keras, dengan wajah yang ketakutan anak itu membalikkan badan.

“Keluarkan tanganmu dari saku.. angkat dagumu…regangkan bahumu!” Anak itu selalu menanyakan alasan. Anak yang jika pendapatnya berbeda dengannya selalu keras kepala sebelum benar-benar yakin. Namun kali ini diamengikuti perintahnyanya dengan patuh.

“Bagus. Selanjutnya hiduplah dengan tubuh yang kuat seperti itu. Mulai sekarang kau sudah besar, Berfikirlah seperti orang dewasa dan bertindaklah seperti orang dewasa, jangan seperti anak kecil lagi. Dunia ini tak bisa kau tinggali dengan tingkah seperti anak kecil. Prancis adalah negara orang lain. Karena tinggal di negara orang lain, kau harus lebih hidup mandiri lagi.

” Sambil mengucapkan kalimat itu dia ingin sekali berlari menuju anaknya lalu mendekapnya ke pelukannya. Namun, dia hanya bisa menyisakan ucapan dingin Uncapan yang amat hebat, yng amat berguna bagi anaknya.

“Ayah akan melupanmu, kau juga lupakanlah ayah. Berpikirlah bahwa sebelumnya kau tak pernah hidup bersama ayah. Cepat pergi. Jangan pernah menoleh kebelakang, berlarilah ketempat ibu dengan tubuh yang kuat.” Anak itu menangis meraung-raung, Sambl terus menangis, anak itu perlahan-lahan pergi menjauh darinya.

Tomoya mengerti inilah akhir, kenyataan bahwa anaknya tak lagi menoleh kebelakang. Dia pun mengerti bahwa dia harus melepaskan ikatan kasih sayang rasa sesal dan keinginan yang sudah lama hidup. Sampai saat terakhir, anak itu tidak berbalik. setelah anak itu benar-benar menghilang dan kembali ke ruang perawatan khusus anak, Tomoya meletakkan kedua tangannya di atas lutut, kemudian membungkuk dan akhirnya roboh. Perlahan dia mengambil pahatan di atas kursi panjang, lalu membenamkan wajahnya ke pahatan itu. Tomoya tak kuasa lagi menahan air matanya.

*********************************************************************************

Selamat tinggal anakku Selamat Tinggal, anak laki-lakiku Sekarang, Selamanya tak akan ada hari untuk melihatmu. Tak akan ada jalan untuk mendengar suaramu. Tak akan bisa lagi menyentuh tanganmu yang hangat. Lalu, tak akan bisa memelukmu erat. Tapi, anak laki-lakiku, kau segalanya bagiku Meskipun ayah mati. ayah tidak benar-benar mati. Ayah yang meninggalkan dirimu di dunia, Akan terus-terus tinggal di hatimu. Kau tak akan bisa melihat, mendengar atau pun menyentuh ayahmu ini. Namun, selamanya pada hari nanti, Ayah akan berjalan bersamamu. Akan terus menemanimu dengan perasaan cemas, Takut kalau kau kelelahan, takut kalau kau roboh,takut kalau kau menghentikan langkahmu lalu berbalik arah. Selamanya.

**********************************************************************************

Setelah dua hari kepergian anaknya ke Prancis Tomoya sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Dia ingin pergi ke Gunung Nara kampung halamannya walau pun dokter telah mencegahnya tapi Tomoya tetap memaksa akhirnya dokter membolehkannya pergi.

Setelah memberinya suntikan morfin akhirnya Tomoya pergi bersama Nagisa. Saat sampai di Kampung halamannya dia segera kerumah lelaki tua yang dulu merawatnya. Nagisa segera membaringkannya di tempat tidur karena Tomoya sepetinya sangat kelelahan setelah menempuh perjalan jauh.

“pertama kali datang kesini, tahukah kau aku hanya beharap supaya Ushio bisa hidup sampai musim dingin.” Begitulah Tomoya mulai ceritanya. Sambil menggenggam pahatan anaknya erat-erat, Dia mengingat semua kehidupan anaknya dengan detail, ibarat memutar video.

Tomoya mengabaikan cerita tentang perang melawan penyakit. Hanya seorang anak biasa di tengah dunia.? atau mungkin kembali muncul harapan-harapan Tomoya di masa lalu untuk membesarkan Ushio seperti anak-anak pada umumnya, yang hidup menikmati dunia secara normal. Terkadang Tomoya menghentikan ceritanya, lalu bertanya.

“Apakah salju masih turun?” Setiap kali Tomoya  bertanya seperti itu, Nagisa membuka jendela memperhatikan salju yang turun tanpa bersuara,Nagisa berfikir, sampai segitukah yang ada didalam diri Tomoya?pikir Nagisa.

Apakah sesaat dia ingin memandangi salju pertama dengan perasaan sensitif sebagai seorang penyair yang cukup mendapat perhatian? Fajar menyingsing, Tomoya bekata dengan nafas berat.

“Aku sudah berjanji kepada Da Ushio untuk pergi ke gereja, tapi sekali pun tak bisa melakukannya, aku mau berdoa dulu sekarang. tolong bangunkan” Tomoya menyatukan kedua tangannyalalu berlutut di lantai. Apakah ini sebuah janji besar?Bahkan, anaknya yang mengajaknya berjanji saja sudah pergi dan tidak ada di dekatnya…. Waktu berlalu secara berlahan, salju pertama turun tanpa bersuara ke bumi.

Tomoya meninggal dalam keadaan berdoa. Begitulah Tomoya

Upacara pemakaman hanya di hadiri oleh Nagisa dan lelaki tua yang tinggal di gunung. Katanya. kepala orang orang meninggal harus diletakkan di sebelah timur, tetapi Nagisa berusaha keras memakamkan Tomoya dengan mengarahkan kepala Tomoya ke barat laut. Di arah yang di tunjuk oleh kepala Tomoya, ada anak yang selalu dipanggilnya sambil menahan rasa sakit dan dirindukannya sambil meneteskan air mata hingga saat terakhirnya.

Tiga hari kemudian, Nagisa meninggalkan Desa Sarak dengan melawan salju yang sudah sampai lutut. Nagisa tak terburu-buru. Bahkan, perlahan-lahan Nagisa mengukirkan satu persatu pohon, satu per satu batu disana kedalam hatinya, Suatu saat, di masa depan yang masih jauh. Nagisa sudah tau jalan hutan yang akan dia datangi kembali bersama anak itu. Sewaktu menghilang di pojok gunung terakhir Desa Nara, suara Tomoya ternyiang melewati punggung Nagisa.

Sewaktu Tomoya tahu kenyataan bahwa dirinya sakit, dia bercerita sambil tersenyum.

“Nagisa-san, apa kau tau ungkapan ini? kta orang… dengan meninggalkan anak di dunia, kematian bukanlah sebuah akhir”

 

-END-